Showing posts with label Tugas. Show all posts
Showing posts with label Tugas. Show all posts

Friday, March 14, 2014

Tugas Bahasa Indonesia 2

  Penalaran deduktif dibidani oleh filosof Yunani Aristoteles merupakan penalaran yang beralur dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum menuju pada penyimpulan yang bersifat khusus. Sang Bagawan Aristoteles (Van Dalen:6) menyatakan bahwa penalaran deduktif adalah, ”A discourse in wich certain things being posited, something else than what is posited necessarily follows from them”. pola penalaran ini dikenal dengan pola silogisme. Pada penalaran deduktif menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus. 
   Corak berpikir deduktif adalah silogisme kategorial, silogisme hipotesis, silogisme alternatif. Dalam penalaran ini tedapat premis, yaitu proposisi tempat menarik kesimpulan. Untuk penarikan kesimpulannya dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Penarikan kesimpulan secara langsung diambil dari satu premis,sedangkan untuk penarikan kesimpulan tidak langsung dari dua premis.
Contoh :                                                                                                                                       
-Laptop adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi
-DVD Player adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi
  kesimpulan ---> semua barang elektronik membutuhkan daya listrik untuk beroperasi
Silogisme
Silogisme adalah proses berpikir yang bertolak dari satu atau lebih premis, yakni pernyataan-pernyataan yang mendahului kemudian ditarik suatu kesimpulan menurut prinsip-prinisip logis, perlawanan dan pendasaran yang mencukupi. Silogisme merupakan jenis deduksi yang banyak digunakan jika seseorang menyusun suatu argumentasi.
Entimen

Pada percakapan dalam kehidupan sehari-hari, suatu logisme seringkali diperpendek, yakni tanpa menyebutkan premis-premis umum. Seseorang lansung mengatakan kesimpulan yang diikuti dengan premis khusus sebagai penyebabnya. Bentuk silogisme seperti ini disebut entimem.

Referensi:
http://www.limaratus.com/2013/07/pengertian-dan-contoh-silogisme-bahasa.html
http://sucimutiara10.blogspot.com/2013/03/pengertian-penalaran-dan-macam-macam.html

Tugas Bahasa Indonesia 1

PENALARAN
Suriasumantri (2001:42) mengemukakan secara singkat bahwa penalaran adalah suatu aktivitas berpikir dalam pengambilan suatu simpulan yang berupa pengetahuan.
Macam-macam Penalaran, Penalaran ada dua jenis yaitu :

  • Penalaran Deduktif 
  • Penalaran Induktif
PROPOSISI
adalah “pernyataan dalam bentuk kalimat yang memiliki arti penuh, serta mempunyai nilai benar atau salah, dan tidak boleh kedua-duanya”.
Maksud kedua-duanya ini adalah dalam suatu kalimat proposisi standar tidak boleh mengandung 2 pernyataan benar dan salah sekaligus.
Rumus ketentuannya :
Q +  S  +  K  +  P
Keterangan:
Q :Pembilang/Jumlah
(ex: sebuah, sesuatu, beberapa, semua, sebagian, salah satu, bilangan satu s.d. tak terhingga)
Q boleh tidak ditulis, jika S (subjek) merupakan nama dan subjek yang pembilang nya sudah jelas berapajumlahnya:
a.Nama(Chanyeol,Kai,Sehun,Kris,Luhan)
b.Singkatan(SME,IMF,IPB,RCTI,ITC,NASA,dll)
c. Institusi (DPRD, Presiden RI, Menteri Keuangan RI, Trans TV, Bank Mega, Alfamart, Sampurna, Garuda Airways, dll)
S : Subjek adalah sebuah kata atau rangkaian beberapa kata untuk diterangkan atau kalimat yang dapat berdiri sendiri (tidak menggantung).
: Kopula, ada 5 macam : Adalah, ialah, yaitu, itu, merupakan.
P : Kata benda (tidak boleh kata sifat, kata keterangan, kata kerja).

EVIDENSI
Evidensi adalah semua fakta yang ada, yang dihubung-hubungkan untuk membuktikan adanya sesuatu. Evidensi merupakan hasil pengukuan dan pengamatan fisik yang digunakan untuk memahami suatu fenomena. Evidensi sering juga disebut bukti empiris. Akan tetapi pengertian evidensi ini sulit untuk ditentukan secara pasti, meskipun petunjuk kepadanya tidak dapat dihindarkan. 

Kita mungkin mengartikannya sebagai "cara bagaimana kenyataan hadir" atau perwujudan dari ada bagi akal". Misal Mr.A mengatakan "Dengan pasti ada 301.614 ikan di bengawan solo", apa komentar kita ? Tentu saja kita tidak hanya mengangguk dan mengatakan "fakta yang menarik". Kita akan mengernyitkan dahi terhadap keberanian orang itu untuk berkata demikian.

Tentu saja reaksi kita tidak dapat dilukiskan sebagai ‘kepastian’, tentu saja kemungkinan untuk benar tidak dapat di kesampingkan, bahwa dugaan ngawur atau ngasal telah menyatakan jumlah yang persis.tetapi tidak teralu sulit bagi kita untuk menangguhkan persetujuan kita, mengapa? Karena evidensi memadai untuk menjamin persetujuan jelaslah tidak ada. Kenyataannya tidak ada dalam persetujuan terhadap pernyataan tersebut.
Dalam wujud yang paling rendah. Evidensi it berbentuk data atau informasi. Yang di maksud dengan data atau informasi adalah bahan keterangan yang di peroleh dari suatu sumber tertentu.
Data dan informasi yang di gunakan dalam penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena ity perlu diadakan pengujian melaui cara-cara tertentu sehingga bahan yang merupakan fakta siap di gunakan sebagai evidensi.

CARA MENGUJI FAKTA
Untuk menetapkan apakah data atau informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan penilaian. Penilaian tersebut baru merupakan penilitian tingkat pertama untuk mendapatkan keyakinan bahwa semua bahan itu adalah fakta, sesudah itu pengarang atau penulis harus mengadakan penilaian tingkat kedua yaitu dari semua fakta tersebut dapat digunakan sehingga benar-benar memperkuat kesimpulan yang akan diambil. Apakah itu dalam bentuk Konsistensi atau Koherensi.

INFORMASI
Menurut Gordon, informasi adalah data yang telah diproses/diolah ke dalam bentuk yang sangat berarti untuk penerimanya dan merupakan nilai yang sesungguhnya atau dipahamai dalam tindakan atau keputusan yang sekarang atau nantinya.

INFERENSI
Adalah membuat simpulan berdasarkan ungkapan dan konteks penggunaannya. Dalam membuat inferensi perlu dipertimbangkan implikatur. Implikatur adalah makna tidak langsung atau makna tersirat yang ditimbulkan oleh apa yang terkatakan (eksplikatur).
Terdapat 2 jenis metode Inferensi :
1. Inferensi Langsung
Inferensi yang kesimpulannya ditarik dari hanya satu premis (proposisi yang digunakan untuk penarikan kesimpulan). Konklusi yang ditarik tidak boleh lebih luas dari premisnya.
Contoh : Ban motor ani pecah sedangkan ani besok ingin pergi ke kampus, tetapi ani tidak mempunyai uang untuk mengganti ban motor.
kesimpulan : ani besok tidak pergi ke kampus karena ban motornya pecah.

 2. Inferensi Tak Langsung
Inferensi yang kesimpulannya ditarik dari dua / lebih premis. Proses akal budi membentuk sebuah proposisi baru atas dasar penggabungan proposisi-preposisi lama.
 Contoh:
A : Anak-anak begitu gembira ketika ibu memberikan bekal makanan.
B : Sayang gudegnya agak sedikit saya bawa.
Inferensi yang menjembatani kedua ucapan tersebut misalnya (C) berikut ini.
C : Bekal yang dibawa ibu lauknya gudek komplit.

CARA MEMILIH AUTORITAS
a. Tidak Mengandung Prasangka: artinya pendapat disusun berdasarkan hasil penelitian yang    dilakukan oleh para ahli atau didasarkan pada hasil eksperimen yang dilakukannya.
b. Pengalaman dan Pendidikan Autoritas: Pendidikan yang diperoleh menjadi jaminan awal. Pendidikan yang diperoleh harus dikembangkan lebih lanjut dalam kegiatan sebagai seorang ahli.
c. Kemashuran dan Prestise: adalah meneliti apakah pernyataan atau pendapat yang akan dikutip sebagai autoritas hanya sekedar bersembunyi dibalik kemashuran dan prestise pribadi di bidang lain. Apakah ahli menyertakan pendapatnya dengan fakta yang menyakinkan.
d. Koherensi dengan Kemajuan: adalah apakah pendapat yang diberikan autoritas sejalan dengan perkembangan dan kemajuan zaman atau koheren dengan pendapat sikap terakhir dalam bidang itu.

Referensi
http://pramsky.blogspot.com/2008/11/dasar-logika-proposisi-standar_19.html
http://sucimutiara10.blogspot.com/2013/03/pengertian-penalaran-dan-macam-macam.html
http://anggerip.blogspot.com/2013/03/penalaran-evidensi-dan-inferensi.html


Tuesday, January 07, 2014

Tugas Softskill: Review Jurnal Perilaku Konsumen

Judul : Peran Persepsi Harga dalam Integrasi Model Niat Perilaku
Oleh : Sajeev Varki (Universitas Rhode Island), Mark Colgate (Universitas Auckland, Selandia Baru)
Tahun : 2001
Abstrak
Dibandingkan dengan penekanan bahwa penelitian kualitas pelayanan telah diterima di dalam pemasaran jasa, terlebih lagi peran persepsi harga dan efeknya terhadap retensi nasabah. Artikel ini berusaha untuk mengisi kesenjangan di dalam literatur. Penulis ingin membangun proporsi dari peran harga vis-à-vis nilai nasabah, kepuasan, dan perilaku, kemudian menguji proposisi ini menggunakan data empiris dari industri perbankan di Amerika Serikat dan Selandia Baru. Penemuan mereka mengindikasikan bahwa a) persepsi harga memiliki pengaruh kuat terhadap persepsi nilai nasabah daripada kualitas, dan b) persepsi harga, ketika diukur secara komparatif, memiliki pengaruh langsung yang signifikan terhadap kepuasan nasabah dan perilaku yang lebih dan mereka menengahi dengan gagasan nilai nasabah. Hasil ini menunjukkan bahwa persepsi harga secara signifikan mempengaruhi retensi nasabah dan disarankan untuk manajer dapat mengambil manfaat dari aktivitas dalam mengelola persepsi harga nasabah, disamping persepsi nasabah akan kualitas.
Pengantar
Penelitian telah menunjukkan bahwa peningkatan retensi nasabah mengakibatkan peningkatan profitabilitas perusahaan-perusahaan yang bersaing di pasar yang kompetitif ; karakteristiknya dapat dilihat pada beberapa industri jasa seperti perbankan, telekomunikasi, hotel, penerbangan, dan sebagainya, (misalnya Fornell andWernerfelt 1987; Reichheld and Sasser 1990). Bolton (1998) and Rust, Zahorik, and Keiningham (1995) mencatat hasil ini meningkat dari peningkatan profitabilitas konsumsi oleh nasabah yang sudah ada, retensi biaya yang lebih rendah, penyebaran kalimat positif melalui mulut, dan keterlibatan sumber daya  lebih sedikit dalam kepuasan yang ada pada kebutuhan nasabah.
Nilai nasabah didefinnisikan oleh Zeithaml (1988) sebagai  “Penilaian nasabah secara keseluruhan tentang kegunaan produk berdasarkan persepsi tentang apa yang diterima dan apa yang diberikan, ” dan secara implisit dalam definisinya adalah gagasan nasabah antara komponen “mendapatkan” dan “memberi”.
Menimbang bahwa harga dan kualitas adalah dua komponen utama dalam persepsi nilai, anehnya pengaruh yang sedikit mempunyai dampak pada persepsi nilai dan yang terpenting pada perilaku. Ini semua lebih mengherankan, mengingat pengamatan Voss, Parasuraman, dan Grewal’s (1998) bahwa harga memainkan peranan penting dalam pelayanan karena variabel harga, berdasarkan permintaan industri jasa yang sudah berpengalaman (misalnya hotel, penerbangan), mengingat bahwa pelaksanaan tersebut tidak dapat segera diinventarisasi.
Pengembangan Hipotesis
Persepsi harga memiliki pengaruh yang kuat terhadap persepsi nilai konsumen.
Jika harga dan persepsi kualitas diperkirakan sebagai isyarat untuk menyimpulkan nilai, harga dianggap sebagai isyarat ekstrinsik yang mudah diamati dan sebanding pada perbandingan dengan kualitas, sebuah isyarat intrinsik bahwa literatur layanan telah menunjukkan sebagai multidimensi dan  lebih sulit untuk mengevaluasi (misalnya, Parasuraman, Zeithaml, dan Berry 1988). Selain itu, penelitian dalam psikologi (Misalnya, Taylor 1982) menunjukkan bahwa informasi yang bervalensi negatif lebih mudah di akses dari memori daripada informasi yang bervalensi positif dan menghasilkan respon nasabah yang kuat (cf. Mittal, Ross, dan Baldasare 1998). Karena isyarat ekstrinsik memiliki harga yang bervalensi negatif , ini akan menunjukkan bahwa isyarat harga lebih mudah di akses dari memori. Dengan demikian, tidak seperti studi sebelumnya yang telah meneliti peran harga dan kualitas pada persepsi nilai (misalnya, Bolton dan Drew1991), maka kami mengusulkan berdasarkan arti-penting dan aksesibilitas informasi harga, berikut ini :
Hipotesis 1 :  persepsi harga akan memiliki pengaruh yang lebih kuat pada penilaian nasabah daripada persepsi kualitas
Persepsi Harga
Pengaruh Kepuasan
Mengingat pentingnya kepuasan nasabah secara keseluruhan sebagai pendorong retensi nasabah, kami berusaha untuk meniru temuan Bolton dan Lemon (1999) dalam studi kami di industri perbankan, menggunakan data perbankan yang dikumpulkan dari kedua negara. Juga, dibandingkan studi Bolton dan Lemon, kita menguji pengaruh persepsi harga pada kepuasan nasabah, keduanya menggunakan sebuah ukuran absolut persepsi harga dan ukuran perbandingan persepsi harga; perbandingan pada persaingan vis-à-vis. Pembaca dapat mencatat bahwa ukuran terakhir komparatif pada persepsi harga yang merupakan ukuran kasus khusus diskonfirmasi harga (penyimpangan dari normatif pembayaran standar) dari  Bolton dan Lemon, dimana dalam standar normatif dibentuk oleh  harga yang dikenakan oleh persaingan. Sebaliknya, penggunaan persepsi harga mutlak tanpa referensi pada setiap standar perbandingan adalah unik untuk mempelajari ini. Dengan demikian, kami menguji proposisi berikut:
Hipotesis 2 : Persepsi harga yang menguntungkan, baik absolut dan komparatif, memiliki efek positif pada keseluruhan kepuasan nasabah.
Pengaruh Persepsi Harga
Pada Niat Perilaku
Dalam sebuah penelitian pentingnya kualitatif antara jasa dan nasabah, Keaveney (1995) melaporkan temuan bahwa lebih dari setengah nasabah, berdasarkan survei telah beralih karena persepsi harga layanan yang buruk, dengan demikian menunjukkan bahwa persepsi harga yang tidak menguntungkan mungkin memiliki pengaruh langsung terhadap niat nasabah untuk beralih. Para teoritis dasar dalam argumen ini yakni Mittal, Ross, dan (1998) Baldasare menyimpulkan bahwa “informasi yang bervalensi negatif lebih menonjol secara perseptual daripada informasi yang bervalensi positif yakni lebih berat dari informasi yang positif, dan menggali lebih kuat tanggapan fisiologis dari informasi yang positif“(hal. 35). Dengan demikian dapat dikemukakan tanggapan fisiologis terhadap informasi yang bervalensi negatif seperti halnya harga yang tinggi.
Hipotesis 3 : persepsi harga yang tidak menguntungkan memiliki dampak langsung yang negatif terhadap niat perilaku setelah mengendalikan efek sistematis lainnya pada niat perilaku.
METODOLOGI
Kami menguji proposisi tentang peran harga dalam model yang terintegrasi niat perilaku sehingga efek hipotesis pada hipotesis 1, 2, dan 3 diuji bersama semua litelatur yang ada (lihat Gambar 1). ). Dalam Gambar 1, efek yang menjadi fokus dari artikel ini disajikan dalam garis titik-titik dan efek tersebut ditetapkan baik pada litelatur yang ditunjukkan dengan garis padat. Garis titik-titik dari harga ke nilai berkaitan dengan Hipotesis 1, garis titik-titik dari harga untuk kepuasan nasabah secara keseluruhan berkaitan dengan Hipotesis 2, dan garis titik-titik dari harga untuk niat perilaku berkaitan dengan Hipotesis 3. Sebaliknya, garis padat antara kualitas dan kepuasan nasabah secara keseluruhan (Cronin dan Taylor 1992; Spreng dan Mackoy 1996), antara kualitas dan nilai (misalnya, Bolton dan Drew1991; Fornell et al. 1996), antara niat kualitas dan perilaku (Boulding et al 1993;. Kordupleski, Rust dan Zahorik 1993; Zeithaml, Berry, dan Parasuraman 1996), antara nilai dan niat perilaku (lih. Bolton dan Drew 1991; Grewal, Monroe, dan Krishnan 1998), antara nilai nasabah dan kepuasan nasabah secara keseluruhan (misalnya, Patterson dan Spreng 1997; Woodruff 1997), dan antara kepuasan nasabah secara keseluruhan dan niat perilaku (EW Anderson dan Sullivan 1993; Swan dan Oliver 1991) merupakan link yang didirikan dalam literatur layanan.
URAIAN DATA
Untuk menguji hipotesis, kami menggunakan dua data yang berasal dari industri perbankan di Selandia Baru dan Amerika Serikat. Data dari Selandia Baru meliputi enam bank besar dan data dari AS mencakup tiga bank besar di tenggara Amerika Serikat. Data dari Amerika Serikat terdiri dari 188 tanggapan lengkap yang berasal dari 800 kuesioner. Kumpulan data di Selandia Baru  terdiri dari 838 tanggapan berdasarkan 2000 kuesioner.
ANALISIS DAN TEMUAN
Komponen model struktural yang ditampilkan dalam Gambar 1 diuji dengan LISREL 8 (Jöreskog dan Sörbom 1993) menggunakan langkah-langkah yang ditunjukkan pada Tabel 1.2 Hasil untuk data AS dan data Selandia Baru dilaporkan untuk kemudahan dalam perbandingan. Indeks Goodness-of-Fit (GFI) dan Adjusted Goodness-of-Fit Index (AGFI) adalah 0,94 dan 0,87 untuk data AS dan 0,99 dan 0,98 untuk data Selandia Baru. . Karena angka ini sangat dipengaruhi oleh variasi dalam ukuran sampel dan nonnormality dari tindakan, peneliti merekomendasikan Comparative Fit Index (CFI) and Tucker-Lewis Index (TLI) sebagai langkah-langkah yang dianggap kuat untuk varian ini (Babin dan Burns 1998; Bollen 1989; Burton et al. 1998; Hu dan Bentler 1998). Dalam kumpulan dua data, CFI and TLI CFI and TLI melebihi tingkat cocok menganjurkan 0,9 jangkauan (CFI dari 0,97 dan TLI dari 0,95 untuk data AS dan CFI 1 dan TLI 1 untuk data Selandia Baru).  Koefisien jalur untuk masing-masing link di Gambar 1 dilaporkan dalam tabel 2.
Dengan demikian, tampaknya masuk akal bahwa harga dibebankan oleh persaingan bentuk harga referensi internal bahwa persepsi nasabah dan harga relatif terhadap kompetisi harga pendekatan lebih dekat bagaimana nasabah menangkap informasi harga. Selain itu, dalam penelitian Bolton dan Lemon (1999) menunjukkan bahwa bahwa persepsi harga dinilai sebagai adil / tidak adil (ditampilkan untuk mempengaruhi kepuasan nasabah dan penggunaan di telepon selular dan industri hiburan), sehingga memberikan potensi penjelasan, efek kuat yang signifikan komparatif dengan persepsi harga pada kepuasan nasabah secara keseluruhan dan niat perilaku.
DISKUSI DAN KESIMPULAN
Salah satu cara yang jelas di mana pemasar dapat mengatur persepsi harga adalah komunikasi langsung. Hal ini bisa termasuk komparatif harga melalui iklan di media massa. Serta perbandingan harga sederhana pada titik-titik pembelian material. Grewal, Monroe, dan Krishnan (1998) mencatat bahwa perbandingan harga iklan efektif dalam hal itu, memungkinkan untuk mempengaruhi konteks dimana perbandingan harga dibuat. Dengan demikian, bukannya meninggalkan kesempatan persepsi harga, manajer layanan dapat mengambil peran aktif dalam pengaturan perbandingan yang sesuai. Sehubungan dengan ini, perusahaan bisa menerapkan prinsip-prinsip komunikasi pemasaran yang terpadu dan dan merebut setiap kesempatan untuk mengelola persepsi harga nasabah mereka. Layanan perusahaan bisa mempertimbangkan untuk mengambil praktek beberapa rantai ritel seperti Staples, yang secara rutin mengingatkan tabungan nasabah mereka dengan daftar harga eceran aktual dan tabungan nasabah sampai dengan yang terhutang sebagai hasil dari berbelanja di jaringan ritel, sehingga memperkuat persepsi harga yang kompetitif.
Layanan perusahaan juga dapat mempertimbangkan konsep harga bundling untuk mengelola persepsi harga nasabah. Sebagai contoh, sebuah hotel bisa menawarkan setengah harga pada saat puncak kedatangan tamu pada beberapa musim tertentu. Keuntungan dari hal ini adalah bahwa jika konsumen tidak mengambil tawaran itu, fakta yang tersedia untuk meminta mereka dapat mempengaruhi persepsi harga mengenai hotel yang mereka tempati. Layanan perusahaan berada dalam posisi ideal untuk mengambil keuntungan dari konsep harga bundling karena biaya tambahan bundling adalah minimal mengingat bahwa layanan sangat sering tidak dapat diinventarisasi (Misalnya, Parasuraman, Zeithaml, dan Berry 1985).
Keterbatasan dan Penelitian Masa Depan
Seperti yang kita nyatakan di awal, tujuan dari artikel kami untuk memusatkan perhatian underrepresented harga di bidang jasa dan untuk menggambarkan pentingnya di dalam retensi nasabah. Untuk itu, uji empiris kami menunjukkan bahwa persepsi harga komparatif memiliki pengaruh kuat terhadap persepsi nilai nasabah, kepuasan nasabah secara keseluruhan dan niat perilaku. Namun demikian, studi kami memberikan dasar bagi peneliti di masa depan untuk menguji temuan kami dalam pengaturan industri lainnya dengan data dari studi longitudinal atau data eksperimental. Bidang lain berbuah layanan penelitian untuk peneliti akan menentukan pembentukan aktual persepsi harga antara nasabah dan penggunaan isyarat dalam pembentukan persepsi-persepsi. Wawasan yang dihasilkan oleh arus penelitian ini bisa membuktikan layanan manajer yang tak ternilai sehubungan dengan pengaturan kebijakan spesifik harga.


Friday, October 11, 2013

Tugas Softskill : Proses Pengambilan Keputusan Oleh Konsumen



Pengambilan keputusan secara universal didefinisikan sebagai pemilihan diantara berbagai alternative. Pengertian ini mencakup baik pembuatan pilihan maupun pemecahan masalah.

1. Model proses pengambilan keputusan

1.  Model Perilaku Pengambilan keputusan
    1. Model Ekonomi, yang dikemukakan oleh ahli ekonomi klasik dimana keputusan orang itu rasional, yaitu berusaha mendapatkan keuntungan marginal sama dengan biaya marginal atau untuk memperoleh keuntungan maksimum
    2. Model Manusia Administrasi, Dikemukan oleh Herbert A. Simon dimana lebih berprinsip orang tidak menginginkan maksimalisasi tetapi cukup keuntungan yang memuaskan
    3. Model Manusia Mobicentrik, Dikemukakan oleh Jennings, dimana perubahan merupakan nilai utama sehingga orang harus selalu bergerak bebas mengambil keputusan
    4. Model Manusia Organisasi, Dikemukakan oleh W.F. Whyte, model ini lebih mengedepankan sifat setia dan penuh kerjasama dalam pengambilan keputusan
    5. Model Pengusaha Baru, Dikemukakan oleh Wright Mills menekankan pada sifat kompetitif
    6. Model Sosial, Dikemukakan oleh Freud Veblen dimana menurutnya orang seringb tidak rasional dalam mengambil keputusan diliputi perasaan emosi dan situsai dibawah sadar.
2. Model Preskriptif dan Deskriptif
Fisher mengemukakan bahwa pada hakekatnya ada 2 model pengambilan keputusan, yaitu: 
a.  Model Preskriptif : Pemberian resep perbaikan, model ini menerangkan bagaimana kelompok seharusnya mengambil keputusan 

b.  Model Deskriptif : Model ini menerangkan bagaimana kelompok mengambil keputusan tertentu
Model preskriptif berdasarkan pada proses yang ideal sedangkan model deskriptif berdasarkan pada realitas observasi.

Disamping model-model diatas (model linier) terdapat pula model Spiral dimana satu anggota mengemukakan konsep dan anggota lain mengadakan reaksi setuju tidak setuju kemudian dikembangkan lebih lanjut atau dilakukan “revisi” dan seterusnya.
  1. Teknik-teknik Pengambilan Keputusan:
  2.  Teknik Kreatif
  3.  Brainstorming
 2.  Tipe-tipe proses pengambilan keputusan
Tipe Pengambilan keputusan ( Decision making) : adalah tindakan manajemen dalam pemilihan alternative untuk mencapai sasaran.
Keputusan dibagi dalam 3 tipe :
    a.  Keputusan terprogram/keputusan terstruktur : keputusan yg berulang2 dan rutin, sehingga dapt diprogram. Keputusan terstruktur terjadi dan dilakukan terutama pd manjemen tkt bawah. Co:/ keputusan pemesanan barang, keputusan penagihan piutang,dll.
    b.  Keputusan setengah terprogram / setengah terstruktur : keputusan yg sebagian dpt diprogram, sebagian berulang-ulang dan rutin dan sebagian tdk terstruktur. Keputusan ini seringnya bersifat rumit dan membutuhkan perhitungan2 serta analisis yg terperinci. Co:/ Keputusan membeli sistem komputer yg lebih canggih, keputusan alokasi dana promosi.
    c.  Keputusan tidak terprogram/ tidak terstruktur : keputusan yg tidak terjadi berulang-ulang dan tidak selalu terjadi. Keputusan ini terjadi di manajemen tingkat atas. Informasi untuk pengambilan keputusan tdk terstruktur tdk mudah untuk didapatkan dan tdk mudah tersedia dan biasanya berasal dari lingkungan luar.

3. Faktor- faktor yang mempengaruhi pemecahan masalah

a.   Trial & error : Coba dan salah. Cara ini merupakan metode yang paling rendah tingkatannya, dilakukan oleh orang yang belum pernah mengalami/ mengenal dan belum tahu sama sekali. Dalam keperawatan ini sangat berbahaya dan tidak boleh dilakukan. Contohnya : ada klien panas, dicoba diurut, dicoba diberi makan, dicoba ditiup, tdk berhasil dicoba diberi minum, dibuka baju, diberi kompres sampai berhasil panasnya turun, dll.
b.   Intuition : penyelesaian masalah dengan intuisi atau naluri/ bisikan hati. Penyelesaian dengan cara ini kurang dianjurkan dalam metode ilmiah, karena tidak mempunyai dasar ilmiah.   Kadang-kadang metode ini juga dapat memberikan jalan keluar bila intuisi ini berdasarkan analisis atau pengalaman, dan pengetahuan yang dimiliki.
 c.   Nursing process : Proses keperawatan merupakan suatu langkah penyelesaian masalah yang sistematis dan didukung oleh rasionalisasi secara ilmiah meliputi : pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi yang merupakan suatu siklus untuk mengatasi masalah yang terjadi pada klien.
 d.   Scientific method/Research Process  : Proses riset/ penelitian merupakan suatu penyelesaian masalah berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan logika, dengan pendekatan yang sistematis.